Sebenarnya sudah agak basi aku menuliskan kegiatan Napak Tilas ini. Karena kegiatan tersebut sudah berlangsung sekitar 2 bulan yang lalu tepatnya pada tanggal 3 Desember 2017. Rencana awal, kegiatan itu akan aku buat menjadi sebuah cerita fiksi dalam bentuk novel, yang mana terdapat tokoh imajiner agar cerita kepulanganku ke Jawa selama seminggu itu terlihat lebih hidup. Namun apa mau dikata, terkadang kesibukan dan kefokusan yang terpecah membuat rencana itu masih dalam angan-angan. Hanya baru aku mulai tidak lebih dari 10 halaman.
Dengan adanya blog ini, setidaknya dapat mengobati rasa inginku untuk bisa menuliskan beberapa hal yang terjadi selama Napak Tilas yang aku lakukan bersama dengan beberapa teman. Berawal dari salah satu postingan teman wa ku yang menginfokan adanya kegiatan Napak Tilas Jenderal Sudirman 2017 dalam rangka memperingati Hari Pahlawan ini muncullah ide untuk bisa mengikuti kegiatan tersebut. Bersamaan dengan itu juga aku berkesempatan mendapatkan SPPD ke Jakarta terkait Bimtek E-Layanan yang diselenggarakan oleh Pustekkom Kemendikbud. Hal itu aku manfaatkan untuk singgah ke Nganjuk Jawa Timur, kampung halamanku untuk mengikuti Napak Tilas.
Setelah berdiskusi dengan beberapa teman akhirnya terbentuklah 1 tim yang beranggotakan aku, Asrofi Huda, Dwi Wahyuni, Purwaningtyas dan Intan Pratita. Kami berlima akhirnya membentuk satu tim bernama "The Dark Angels". Persiapan mulai kita lakukan termasuk juga kaos seragam yang akan kita kenakan dan beberapa perbekalan yang akan dibawa. Sampai H-1 akhirnya aku sudah berada di Nganjuk dan bisa melakukan kopdar dengan tim untuk membicarakan persiapan besok. Tak lupa kami berdiskusi juga dengan Mas Dedy Dwi Lingga karena kami harus merepotkan dia untuk bisa mengantar kami semua menuju Desa Bajulan, Kecamatan Loceret (tempat start Napak Tilas) dan menjemput kami semua di Lapangan Sawahan.
Pagi jam 5 aku, Tyas dan Intan sudah standby dirumahku menunggu Asrofi dan mas Dedy. Ada perasaan was-was dihati kami karena jam sudah menunjukkan pukul 6 namun belum ada tanda-tanda kedatangan mereka. 15 menit kemudian tiba-tiba Asrofi sudah berdiri di depan pintu rumah dan membuat perasaan kami semua menjadi lega. Akhirnya kami ber-5 berangkat bersama menuju Desa Bajulan. Sempat terhenti di tanjakan karena mobil mas Dedy agak sedikit berasap. Namun setelah didinginkan beberapa menit akhirnya mampu melewati tanjakan dan kami meneruskan kembali perjalanan kami menuju lokasi pemberangkatan.
Disana, Dwi sudah menunggu kami dan membagikan nasi bungkus untuk sarapan. Kami juga berjumpa dengan Ribut yang juga bagian dari panitia. Setelah perut terisi, kami berpamitan dengan Mas Dedy dan mulai bergabung dengan peserta lainnya. Kami juga jumpa dengan tim Biru yang tak lain adalah timnya Doni, Beni, Slamet dan 2 teman lainnya. Lagu Indonesia Raya kami kumandangkan bersama-sama lalu mendengarkan sambutan dan arahan dari panitia Napak Tilas. 'The Dark Angels' memiliki nomor urut 003 yang itu berarti kami bisa berangkat lebih awal dari peserta-peserta lainnya.
Dengan kaos abu-abu orange, kami memulai perjalanan bersama menyusuri jalan setapak yang tidak lagi beraspal. jalanan mulai menanjak namun ada beberapa turunan juga. Ketika jarak 1 km, jalanan mulai benar-benar menanjak dan itu berarti ritme jalan kami mulai tersendat. Sesekali kami berhenti sekedar melepas dahaga dan meregangkan kaki lalu melanjutkan perjalanan kembali. Beberapa rombongan peserta mulai mendahului kami, dan dengan senang hati kami mempersilakan mereka karena memang kami berprinsip untuk tidak memiliki target apapun akan misi Napak Tilas ini.
Usia memang tidak bisa bohong. Kami sadar akan kemampuan kami sekarang. Kami mudah lelah, namun masih semangat juga untuk meraih Pos 1. Sesampai di Pos 1 kami berjumpa kembali dengan Mas Dedy dan juga Nurul Huda yang tak lain juga merupakan panitia Napak Tilas. Kami juga secara tidak sengaja bertemu dengan Samsul. Kami sempatkan untuk foto bersama mereka dan sambil menikmati nasi bungkus yang sempat terpending di Pos Pemberangkatan tadi. Terlalu lama kami beristirahat di Pos 1, akhirnya kami masih saja memutuskan kembali meneruskan perjalanan.
Jarak antara Pos 1 dan Pos 2 memang lebih jauh daripada jarak Pos Pemberangkatan ke Pos 1. Namun rute tanjakan tidak seterjal sebelumnya. Dan pemandangan selama perjalanan ini begitu indah sampai kami beberapa kali berhenti untuk selfi. Aku sendiri merasakan kaki yang mulai kram, dan sesekali aku luruskan agar bisa lebih ringan melangkah. Ritme jalan kami mulai melambat dan mulai tertinggal dengan beberapa tim lain. Akhirnya kami sampai juga di Pos 2. Di Pos 2 ini kami menikmati ubi rebus yang telah disiapkan oleh beberapa penduduk setempat. Kaki ku mulai berat melangkah. Begitu juga dengan teman-teman lainnya. Lutut Tyas juga mulai terasa sakit dan untungnya suami dan anak-anaknya datang menunggu di Pos 2. Akhirnya dia memutuskan untuk menghentikan perjalanan dan akan berkendara roda 2 menuju Finish.
Setelah lama kami beristirahat di Mushola akhirnya panitia segera menegur kami dan beberapa tim lainnya agar segera melanjutkan perjalanan. Kami dan beberapa tim lainnya sepertinya menjadi barisan terakhir sedangkan tenda Pos 2 akan segera dirobohkan. Kami berempat akhirnya meneruskan perjalanan lagi. Namun di tengah jalan, kram kaki ku betul-betul tak tertahankan lagi. Saat itu aku hanya berfikir, jika teman-teman mengikuti ritme berjalanku maka akan lambat sekali mencapai finish. Maka aku memutuskan untuk berhenti dan ikut PMI. Dwi, Asrofi dan Intan dengan berat hati kulihat mereka melanjutkan perjalanan. Aku sadar secara psikologis hal ini pasti akan membuat mereka semakin tidak bersemangat lagi.
Sementara itu, aku bersama para PMI diberi obat semprot penghilang kram. Dan tidak lama kemudian mobil sapu ranjau pun datang. Mobil sapu ranjau ini berfungsi untuk mengangkut beberapa peserta yang sudah tertinggal. Akhirnya aku naik, dan aku bilang ke beberapa orang di dalam mobil untuk mengangkut juga beberapa temanku yang sudah berjalan lebih dulu. Dan ternyata tidak hanya itu, panitia memutuskan untuk menyapu ranjau semua peserta yang masih saja melakukan perjalanan antara Pos 2 sampai finish. Truk-truk sapu ranjau pun mulai dikerahkan dan ternyata masih banyak sekali yang harus diangkut.
Akhirnya sampai juga kami di finish dengan mobil sapu ranjau. setelah kita berlima berkumpul dan foto bersama, Tyas dan Dwi berpamitan lalu berpisah untuk bergabung dengan keluarga mereka. Sedangkan aku, Asrofi dan Intan bergabung dengan mas Dedy yang sudah sedari tadi menunggui kami di warung kopi. Setelah memesan minuman aku mencari toilet karena sudah dari Pos 2 aku menahan buang air kecil. Ternyata aku 'anyang-anyangen'. Baru kali ini aku merasakan apa itu anyang-anyangen atau susah buang air kecil. Rasanya sangat tidak nyaman.
Setelah melepas lelah dan dahaga kami berempat pulang. Mas Dedy ternyata membawakan kami beberapa Duren. Bahagia rasanya capek-capek dapat hadiah Duren. Akhirnya kami berempat singgah sebentar di rumahku untuk menikmati santapan Duren.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar