Akhir-akhir ini masyarakat kita sedang dilanda demam galau gara-gara munculnya film Dilan 1990. Film yang diambil dari kisah novel berjudul Dilan 1990 karya Pidi Baiq ini mulai tayang di bioskop-bioskop pada tanggal 25 Januari 2018 yang dibintangi oleh Iqbal Coboy Junior sebagai Dilan serta Vanesha Prescilla sebagai Milea.
Terutama bagi para generasi tahun 1990an dan awal 2000an yang pada saat itu masih menginjak usia remaja tentunya memiliki gambaran tersendiri tentang kisah Dilan ini. Setting waktu yang membawa kita kembali ke masa-masa remaja mungkin banyak membius sebagian generasi sebelum atau di awal Milenium tersebut. Tidak terlepas juga generasi-generasi jaman now yang memang lagi pada masa nya mengalami hal-hal yang mungkin saja sama dengan masa di kisah Dilan dan Milea.
Aku yang dilahirkan dan menginjak remaja di awal tahun 2000an sejujurnya tidak terlalu tertarik dengan kisah Dilan ini. Sebelumnya sering aku lihat novel Dilan 1990 ini terpampang di rak-rak toko buku. Tapi entah mengapa aku tidak begitu tertarik walau hanya untuk sekedar membaca apalagi membelinya. Mungkin karena secara usia aku merasa sudah bukan masanya lagi untuk membaca novel tersebut.
Namun ketika sekarang masyarakat sedang dilanda Demam Dilan, lambat laun aku mulai penasaran dengan isi ceritanya. Bukan maksud untuk menjadi labil lagi, namun hanya sekedar agar bisa nyambung dengan beberapa obrolan yang sering muncul di sosial mediaku atau berita online. Tidak fair rasanya kita panjang lebar mengutip kata-kata indah Dilan tanpa kita sendiri membaca Novelnya atau menonton filmnya.
Untuk mendapatkan novel tersebut, aku masih saja tidak begitu tertarik untuk membelinya. Entah mungkin nanti aku tidak tahu. Yang jelas saat ini aku membacanya hanya lewat kiriman novel pdf yang pernah diposting seorang teman beberapa minggu lalu. Aku berharap setelah membaca novel tersebut, mulai tergila-gila dengan Dilan dan berantusias untuk terus membacanya seperti halnya novel-novel lain yang pernah aku baca sebelumnya. Aku berharap menemukan sesuatu hal yang menurutku amazing atau wow di bab-bab penghujung cerita. Namun kenyataannya, aku merasa masih saja hambar dan datar bahkan ketika bacaan sudah menginjak di halaman 200an.
Tak ada alur yang menurutku pelan-pelan menjadi klimaks walau kisahnya sudah mulai berakhir. Dan tentunya rasa bosan mulai melandaku. Dengan terpaksa aku mulai skip-skip beberapa cerita karena menurutku itu tidak mempengaruhi penilaianku terhadap alur ceritanya. Dan akhirnya selesai. Jujur, aku kecewa dengan cerita novel Dilan 1990 ini. Aku tidak menemukan cerita-cerita seru yang membuatku menjadi termehek-mehek, atau membuatku menjadi galau berat. Tapi entah dengan filmnya, karena aku sampai sekarang belum menontonnya.
Terutama bagi para generasi tahun 1990an dan awal 2000an yang pada saat itu masih menginjak usia remaja tentunya memiliki gambaran tersendiri tentang kisah Dilan ini. Setting waktu yang membawa kita kembali ke masa-masa remaja mungkin banyak membius sebagian generasi sebelum atau di awal Milenium tersebut. Tidak terlepas juga generasi-generasi jaman now yang memang lagi pada masa nya mengalami hal-hal yang mungkin saja sama dengan masa di kisah Dilan dan Milea.
Aku yang dilahirkan dan menginjak remaja di awal tahun 2000an sejujurnya tidak terlalu tertarik dengan kisah Dilan ini. Sebelumnya sering aku lihat novel Dilan 1990 ini terpampang di rak-rak toko buku. Tapi entah mengapa aku tidak begitu tertarik walau hanya untuk sekedar membaca apalagi membelinya. Mungkin karena secara usia aku merasa sudah bukan masanya lagi untuk membaca novel tersebut.
Namun ketika sekarang masyarakat sedang dilanda Demam Dilan, lambat laun aku mulai penasaran dengan isi ceritanya. Bukan maksud untuk menjadi labil lagi, namun hanya sekedar agar bisa nyambung dengan beberapa obrolan yang sering muncul di sosial mediaku atau berita online. Tidak fair rasanya kita panjang lebar mengutip kata-kata indah Dilan tanpa kita sendiri membaca Novelnya atau menonton filmnya.
Untuk mendapatkan novel tersebut, aku masih saja tidak begitu tertarik untuk membelinya. Entah mungkin nanti aku tidak tahu. Yang jelas saat ini aku membacanya hanya lewat kiriman novel pdf yang pernah diposting seorang teman beberapa minggu lalu. Aku berharap setelah membaca novel tersebut, mulai tergila-gila dengan Dilan dan berantusias untuk terus membacanya seperti halnya novel-novel lain yang pernah aku baca sebelumnya. Aku berharap menemukan sesuatu hal yang menurutku amazing atau wow di bab-bab penghujung cerita. Namun kenyataannya, aku merasa masih saja hambar dan datar bahkan ketika bacaan sudah menginjak di halaman 200an.
Tak ada alur yang menurutku pelan-pelan menjadi klimaks walau kisahnya sudah mulai berakhir. Dan tentunya rasa bosan mulai melandaku. Dengan terpaksa aku mulai skip-skip beberapa cerita karena menurutku itu tidak mempengaruhi penilaianku terhadap alur ceritanya. Dan akhirnya selesai. Jujur, aku kecewa dengan cerita novel Dilan 1990 ini. Aku tidak menemukan cerita-cerita seru yang membuatku menjadi termehek-mehek, atau membuatku menjadi galau berat. Tapi entah dengan filmnya, karena aku sampai sekarang belum menontonnya.
"Dilan...yang berat itu ternyata bukan rindu.... tapi kecewaku karena tidak menemukan cerita seru dalam kisahmu"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar