"Yem....besok jangan lupa ya.... aku tunggu jam 4 sore".
Pesan singkat itu aku terima dari whatsapp Bagio yang tak lain adalah cowokku. Kami jadian setahun yang lalu tepat di hari valentine. Saat itu aku bingung harus menjawab apa, dan akhirnya hanya senyum yang disimpulkan Bagio sebagai pertanda bahwa aku menerima cintanya.
"Yem...besok kita ketemunya pake dresscode warna merah ya? seperti hatiku yang saat ini selalu merah ketika bertemu denganmu".
Aku masih bingung dengan jawaban apa yang bisa aku berikan untuk membalas pesan Bagio tersebut. Aku yang kini masih duduk dibangku kelas X SMA masih saja begitu bingung dengan sikapku sendiri. Banyak teman-teman sebayaku yang kini sudah berpasangan dan mereka banyak menghabiskan waktunya untuk selalu jalan berdua. Sedangkan aku, karena tidak satu sekolah dengan Bagio, hanya sekali sebulan saja kami bertemu dan itu selalu di lokasi yang sama, Kafe Balero.
Entah mengapa aku selalu minta ketemuan di kafe tersebut. Entah karena lokasi nya yang dekat dengan rumahku ataukah karena es teh nya yang manis dengan gula cair yang bagiku manisnya beda dengan gula biasanya. Tapi tidak bahagia ketika aku melihat Bagio muncul dari pintu masuk kafe. Entah apa yang membuatku begitu datar menanggapi semua ocehan Bagio. Setiap bulan hanya itu-itu saja yang diucapkannya.
"Yem...kamu cantik hari ini...."
"Yem.... wangimu begitu membuatku tak ingin jauh-jauh darimu"
"Yem.... melihat senyummu saja...hatiku udah adem yem"
Aku masih saja bingung dengan pesan yang dikirimkan Bagio. Namun seperti biasanya, aku tak sanggup menolak ajakan dia untuk ketemuan. Dan besok tepat setahun waktu jadian kami. Aku yakin pasti Bagio akan lebih memanfaatkan momen itu untuk terus memuji dan menyanjungku. Dan aku yakin, kado spesial telah dia siapkan untuk perayaan hari jadi kami. Dan sebelum akhirnya aku terlelap, aku balas pesan Bagio hanya dengan dua huruf.
"Ya".
Tapi malam itu ternyata aku sulit untuk memejamkan mata. Aku bingung dengan hatiku sendiri. Akhirnya aku nyalakan lagi lampu kamarku dan mulai membuka laptop. Aku searching segala hal terkait dengan valentine. Aku bingung dengan Bagio yang sepertinya begitu bahagia memanfaatkan momen 14 Februari ini untuk keberlangsungan hubungan kami.
Aku baca, ternyata istilah valentine itu diambil dari nama seseorang bernama Santo Valentine. Dan yang membuatku tercengang ternyata Santo Valentine ini akhirnya dihukum mati yang tepat dilakukan pada tanggal 14 Februari 269 Masehi. Ada hal lain yang menjelaskan adanya riwayat mengapa tanggal 14 Februari ini dijadikan hari kasih sayang bagi sebagian besar orang.
1. Hari Valentine berasal dari upacara keagamaan Romawi kuno yang syarat akan paganisme dan kesyirikan.
2. Upacara tersebut akhirnya dirubah menjadi hari perayaan gereja dengan nama "Saint Valentine's Day" atas inisiatif Paus Gelasius 1. Jadi acara valentine menjadi ritual agama Nasrani yang dirubah peringatannya menjadi tanggal 14 Februari bertepatan dengan matinya Santo Valentine.
3. Pada era modern ini istilah valentine disamarkan menjadi hari kasih sayang.
Setelah membaca beberapa informasi tersebut, aku menjadi bingung. Kenapa lantas Bagio sangat bahagia ingin selalu merayakan hari Valentine? dan bertepatan juga dengan hari jadi kami. Aku yang masih tak habis pikir, bagaimana orang yang dihukum mati bisa-bisanya dirayakan dengan rangkaian coklat, bunga atau kue yang hampir semuanya berwarna merah dan pink? Seharusnya bukankah kita berkabung dengan mengenakan pakaian hitam atau gelap?
Dan satu hal lagi, perayaan itu semua kan dilakukan oleh mereka yang beragama Nasrani. Sedangkan aku yang tidak beragama itu haruskah aku ikut merayakannya? Aku bingung dengan cara berfikir Bagio? tahukah dia dengan semua cerita dan asal usul perayaan tersebut? Atau jangan-jangan dia betul-betul tidak tahu dan hanya latah seperti juga teman-temanku yang lain? Ah sudahlah....biarkan aku rebus mie instan dulu karena sedari tadi perutku keroncongan.
Pukul 4 sore, aku menuju Kafe Balero dengan berjalan kaki. Aku lihat di dalam, Bagio dengan dresscode merahnya dan senyum bahagianya ingin segera menyambutku.
"Hei....", sapaku.
"Halo manis.... kamu cantik banget hari ini...."
"Makasih...". jawabku.
"Ohhh....kamu lupa dengan dresscode kita hari ini ya? kenapa kamu mengenakan pakaian serba hitam sayang?"
Ahh....aku muak dengan panggilan manis, sayang atau cinta itu. Aku bosan dengan semua kata-kata indah yang selalu diucapkan Bagio setiap kali kita bertemu.
"Nggak papa...aku tahu kok kalo dresscode nya merah. Aku sengaja memilih warna hitam ini untuk menemuimu".
"Oke...nggak papa cantik... oya... betewe... taraaaa..... ini kado spesial buat kamu".
"Mmmmm.... nggak usah Bag.... nggak usah repot-repot. Aku datang cuma mau ngasih ini ke kamu. Maaf ya jika selama ini aku sering ngecewain kamu. Selamat tinggal Bag".
Tanpa aku menunggu jawaban dari Bagio, aku tinggalkan segera dia dalam kebingungan. Aku sedih dan kasihan, namun biarlah. Dia sudah dewasa, seharusnya dia bisa mengatasi hatinya sendiri. Aku terus berjalan meninggalkannya. Rintik hujan sore itu membuatku bahagia karena akhirnya bisa terlepas dari perasaan bimbangku.
*******
Teruntuk Bagio....
Bimbang rasanya hati ini bersikap
Karena rindumu tak mampu kudekap
kucoba lagi dan lagi untuk bisa merindumu
namun yang ada hati ini semakin kalu
Maafkan dengan sikap kediamanku selama ini
aku hanya berharap kamu mau mengerti
namun ternyata aku tahu bahwa kamu memang betul-betul tak mengerti
Dan maafkanlah hari jadi ini aku sakiti
Bagio...aku tak mau bernasib sama dengan Santo Valentine
Aku merasakan bagaimana sakitnya batin
Akankah masih saja kita peringati hari ini dengan warna merah dan pink?
Tidak...tidak...aku tak mau melakukan itu.
Maaf jika hari ini aku justru ikut berkabung
Dengan balutan hitam yang menandakan rasa sedih dan pilu
Sekali lagi aku minta maaf
aku tak mau bernasib sama dengan Santo Valentine
Maka....mulai hari ini aku hanya ingin mengatakan bahwa
"Hubungan kita sebaiknya berakhir"
Pariyem.... yang selalu kamu sayangi dan cintai...
14 Februari 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar