Senin, 15 Januari 2018

Novel Mengalihkan Duniaku

Membaca novel memang memiliki keasyikan tersendiri bagi beberapa orang. Mulai dari alasan mengisi waktu senggang sampai sesuatu yang lebih bersifat profesional (baca. tuntutan pekerjaan sebagai editor). Ada yang hanya sekedar ingin membaca, ingin tahu ceritanya, selesai. Sudah. Tutup. Ada juga yang terbawa suasana, perasaan dan butuh waktu untuk move on sampai ada juga yang mau disibukkan untuk mereview isi ceritanya. Intinya, masing-masing orang memiliki caranya tersendiri dalam menyikapi novel yang sedang dia telusuri.

Aku juga salah satu dari sekian banyak orang yang menyenangi novel. Apalagi ketika aku menemukan cerita yang begitu pas dan mengasyikkan, aku bisa lupa waktu hanya sekedar ingin segera merampungkannya. Namun ketika muncul rasa malasku dan biasanya ditambah dengan alur cerita yang menurutku kurang menarik, beberapa novel akan terpending untuk kuselesaikan. Dan aku akan berpindah ke novel yang lain dan yang lain lagi sampai aku menemukan cerita yang menurutku menarik. Alhasil, di rak bukuku, beberapa novel masih terdapat lipatan atau pembatas buku di salah satu halamannya yang entah kapan bisa aku selesaikan. Padahal mungkin aku sudah cukup lupa dengan alur ceritanya dan terpaksa mengulang lagi dari awal dan biasanya terpending lagi.

Berbicara tentang beberapa novel yang aku sukai, ada pengalaman-pengalaman yang menurutku seru dan tidak bisa kulupakan. Salah satunya novel Ketika Cinta Bertasbih 1 dan 2 karya Habiburrahman El Shirazy. Pertama kali aku mengetahui novel tersebut dari salah satu teman kosku saat kuliah dulu di Depok. Temanku yang lulusan Fakultas Kesehatan Masyarakat UI ini memang memiliki karakter pendiam dan sangat Islami, cocok sekali dengan novel yang dia miliki. 

Karena dengan ringannya dia meminjamkan novelnya padaku, aku langsung mengiyakan dan mulai membacanya. Lembar demi lembar aku selesaikan dan aku mulai menemukan keasyikan tersendiri akan ceritanya. Aku mulai berimaginasi dengan tokoh-tokoh utamanya, misalnya Anna Althafunnisa. Aku sudah memiliki bayangan di kepalaku sendiri bagaimana sosok Anna ini digambarkan. Saking senangnya aku dengan alur cerita KCB 1 dan 2 ini, kemana-mana aku pergi selalu kubawa. Dimanapun aku mendapatkan waktu senggang aku segera membacanya. 

Saat-saat terakhir aku akan menyelesaikan KCB 2 tiba-tiba teman kosanku yang lain mengajak aku untuk jalan ke mal. Aku tak bisa menolak, karena mal adalah hobi keduaku setelah membaca novel. Segera aku iyakan dan tak lupa juga kumasukkan dalam tas novel KCB 2 itu. Tetiba di mal, temanku ini minta ditemani untuk merapikan rambutnya ke Salon Rudi Hadisuwarno. Well... aku ikuti saja apa mau dia dan bisa jadi itu kesempatanku untuk bisa merampungkan novel yang aku bawa. 

Selama proses nyalon berlangsung, aku duduk diruang tunggu dan mulai berselancar dengan KCB 2. Temanku terheran melihat aku, "tak ada apa waktu lain untuk membaca itu sampai-sampai ke salon harus bawa novel". Aku cuma tersenyum dan kembali membaca. Ketika temanku selesai, dia segera menghampiriku dan mengajak keluar. 

"Ha? Cepat sekali.... lagi dong... nyalon lagi... ntar lagi abis nih......", kataku. 

"Ahhh... gila lu chur... udah selesai mau ngapain lagi? Udah 2 jam lho kita disini...", kata temanku. 

"Ya udah... bentar lagi ya.... bentaaaarrrr lagi.... nanggung soalnya....", kataku. 

"Idihhh... malu tauuu... nongkrong nggak jelas disini", jawab lagi temanku. 

Alhasil aku digeret paksa temanku, dengan posisi mata masih melototin novel yang hanya 3 lembar lagi selesai. Buru-buru aku selesaikan baca itu sambil berjalan dan akhirnya selesai juga. Lega. 

"Kereeennnn banget sar... lu harus baca dehhh...." 

"Ahhh.... males... ntar lu critain aja deh ma gue". 

Temanku tak menghiraukan aku dan langsung menarikku ke kerumunan ibu-ibu yang sedang berebut memilah baju. Bagiku peristiwa merampungkan sebuah bacaan novel ada keasyikan tersendiri dan ingin rasanya tidak diganggu untuk urusan di luar itu. Dan apabila kedua hal itu disatukan, akan muncul kejadian-kejadian aneh seperti yang pernah aku alami ini.

Tidak hanya itu, ketika aku sudah pindah di Medan.... aku juga dipinjami satu novel oleh salah satu teman cowokku (kini jadi suamiku). Novel tersebut berjudul 'The Historian' karya Elizabeth Kostova. Novel sejarah ini berkisah tentang seorang perempuan bak detektif yang mencari sosok Drakula dan lika-likunya. Novel tersebut membuatku begitu tertarik untuk terus membacanya. Buku setebal 768 halaman itu tak membuatku keder untuk menyelesaikannya. 

Suatu ketika, saat aku sedang asyik-asyiknya membaca karena pada bagian itu ceritanya begitu seru tiba-tiba mati lampu. Selesai sudah. Namun karena aku begitu penasaran dengan kelanjutannya dan tak sabar menunggu lampu menyala di kos-kosanku, aku segera mengambil senter hp dan kembali lagi membacanya. Beberapa temanku terheran-heran melihat tingkahku. 

"Kakak ngapain gelap-gelap gitu....? Ada kerjaan deadline kantor ya kak?" 

"Hehehe.... nggak... cuma lagi baca novel" jawabku. 

"Ya Allah kak.... nanti aja napa". 

"Hehehee.... iya tanggung soalnya". 

Menurutku hal semacam itu merupakan tindakan konyol bagi para pembaca novel. Tidak harus segitunya juga kali kita dalam membaca sampai-sampai harus mengalihkan kehidupan nyata kita. Tapi beruntungnya aku tidak sering melakukan tindakan-tindakan konyol tersebut. Dunia nyataku juga membutuhkan perhatianku dan seharusnya aku juga memperhatikan sekitarku. 

Semoga kejadian-kejadian seperti itu tidak terjadi pada kamu ya..... hei para pencinta novel.

(Dok. Searching Google)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar