Rabu, 10 Januari 2018

Ketiban Sampur

Kalau kita orang jawa pasti sudah tahu apa arti istilah ketiban sampur ini. Jika menelisik dari pengertian frase tersebut, ada 2 makna yang bisa dipahami. Pertama, orang awam banyak mengenal istilah ketiban sampur ini sebagai suatu kondisi yang mana menimpa seseorang tanpa dia inginkan, baik itu berupa limpahan tanggung jawab maupun pekerjaan berat. Kedua, ternyata istilah ketiban sampur ini sangat familiar di dunia per-tayub-an. Tayub adalah seni pertunjukan Jawa yang mana ada seorang penari perempuan yang diiringi gamelan, menari-nari dan tentunya ada penonton yang sedang menikmati tarian tersebut. Kemudian sang penari mendatangi salah satu penonton, lalu mengalungkan (sampur) selendangnya dan mengajaknya maju ke depan dan ikut menari. Penonton yang terkena sampur itulah yang dinamakan ketiban sampur.

(dok. searching Google)

Dalam kehidupan sehari-hari, sering kita dihadapkan pada suatu kondisi yang mana tanpa kita inginkan kita masuk dalam lingkaran suatu hal, biasanya suatu rapat yang berdebat. Hal ini baru saja aku alami akhir-akhir ini. Pada saat ada kegiatan rapat di kantorku, saat Kepala kami memaparkan rencana kegiatannya di tahun 2018 ternyata ada salah satu rekan kantor yang tidak menyetujui kebijakan kepala tersebut.

Aku yang biasanya selalu menanggapi arahan kepala dengan senyum dan tertawa, sesekali menimpali dengan candaan, tanpa aku sadari ternyata salah satu rekanku menganggap aku sedang cari muka. Kebetulan salah satu rekanku ini sangat dekat denganku. Sampai akhirnya setelah rapat usai, dia mengkritikku. Aku bingung dengan kondisi ini. Terus salahku dimana? Tapi okelah....mungkin karena responku saat rapat yang terkesan sangat mendukung kepala sedangkan dia menentangnya, hal itu dianggap aku berseberangan dengan dia. Akhirnya dalam diskusi kami, dia banyak mencurahkan kekesalannya terhadap kebijakan kantor. Baiklah, dalam hal ini memang aku dijadikan teman curhatnya untuk melampiaskan segala kekesalannya. Menyalah-nyalahkan diriku juga hal yang sering dilakukannya karena mungkin dia menganggap sangat dekat denganku sehingga dengan mudahnya dia mengungkapkan semua isi hati nya.

Apakah itu yang dinamakan ketiban sampur? aku menganggapnya iya. Dan sering aku dikondisikan dengan hal-hal semacam itu. Memang biasanya karena faktor kedekatanlah yang akhirnya membuatku sering ketiban sampur. Kesel? ya pastinya. Tapi memang setelah itu aku tak pernah lagi memikirkannya, dan aku kembali ke kehidupan biasaku. Aku juga 'mungkin' senang karena teman-temanku bisa melampiaskan kekesalan-kekesalannya terhadapku sampai akhirnya mereka merasa lega dan kembali ke kehidupan biasanya.

Tempat sampah? mungkin sama artinya? entahlah. Namun jika aku ingin berkaca pada diriku sendiri, bukan saatnya lagi aku menibankan sampurku ke beberapa orang disekitarku. Mungkin yang terdekat adalah keluarga. Kasian mereka. Aku menemukan media lain untuk menibankan sampurku, yaitu MENULIS. cuma itu menurutku solusi terbaiknya. Dan itu sudah pernah aku lakukan sejak aku sekolah. Menulislah.... agar bebanmu berkurang. Agar tak ada lagi sekitar kita yang merasa tersakiti hatinya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar