Siapa yang tidak kenal Laskar Pelangi?
Kalo kita tanyakan ke semua orang pasti sebagian besar tau apa itu Laskar Pelangi. Minimal mereka pernah mendengarnya. Ya..... nama Laskar Pelangi mulai melejit setelah adanya film layar lebar berjudul Laskar Pelangi yang diadopsi dari novel dengan judul yang sama. Novel Laskar Pelangi sendiri, mulai awal-awal muncul sudah dikenal banyak orang, terutama para penikmat Novel Indonesia. Dan akhirnya dikenallah seorang pengarang novel yang tiba-tiba juga terkenal yaitu Andrea Hirata, yang tak lain adalah si pengarang Laskar Pelangi itu sendiri. Bersamaan dengan munculnya film Laskar Pelangi, mulai melejit juga satu lagu dengan judul yang sama yang dinyanyikan oleh grup band ternama, Nidji.
Aku sendiri begitu terhipnotis juga dengan istilah Laskar Pelangi ini. Mungkin sekarang ini sudah tidak terlalu. Tapi dulu, sekitar tahun 2007 (kalau tidak salah, seingatku) aku begitu menyukai novel Laskar Pelangi. Aku menemukan novel Laskar Pelangi ini di salah satu deretan toko buku dekat kampusku di Depok. Tepatnya di dekat stasiun kereta api UI. Deretan toko buku itu memang menjual buku-buku mata kuliah yang hampir 80% berupa buku-buku bajakan, selain juga buku-buku bekas. Tidak hanya buku-buku pembelajaran kuliah saja yang dibajak, namun beberapa novel bajakan juga aku jumpai di toko buku tersebut.
Seperti biasa, setiap ada waktu luang, aku sering singgah ke deretan toko buku tersebut sekedar untuk melihat-lihat. Dan dari situlah aku menemukan novel bajakan Laskar Pelangi. Aku lupa saat itu berapa harganya. Namun yang jelas jauh dibawah harga standar novel aslinya. Buat aku yang pada saat itu masih berstatus mahasiswi luntang-lantung dengan beban skripsi yang tak kunjung usai, dengan kantong pas-pasan, dan pekerjaan freelance yang kadang ada kadang tidak, memutuskan untuk membeli buku bajakan adalah pilihan utamaku. Ada perasaan bersalah memang ketika aku memutuskan untuk membeli sesuatu yang dibajak, namun saat itu aku tidak punya pilihan lain. Rasa penasaranku akan isi bukulah yang mendorongku kuat untuk membeli novel Laskar Pelangi Bajakan.
Dan....setelah aku baca....ternyata....aku begitu menyukai alur ceritanya. Aku begitu terpukau dengan kalimat-kalimat yang dituangkan dalam novel tersebut. Aku langsung mengagumi sosok Andrea Hirata, sang pengarang. Setelah aku merampungkan novel itu, aku kembali lagi ke toko buku tersebut dan ternyata kisah Lakar Pelangi ini ber tetralogi. Ada Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov. Aku mulai menyisihkan uang bulananku dan satu persatu buku bajakan itu berhasil aku kumpulkan. Aku bangga sekali melihat tetralogi novel Laskar Pelangi itu berderet rapi di rak bukuku.
Suatu ketika (kalau tidak salah tahun 2008), aku bertemu lagi dengan seniorku SMA di sebuah akun sosial media yang sangat populer saat itu, Friendster. Setelah aku lihat profilnya, ternyata dia juga mencantumkan sebuah novel kesukaannya yaitu Laskar Pelangi. Aku langsung antusias untuk menyapanya. Dan ternyata benar, dia juga sangat mengagumi novel tersebut. Dari situ juga aku tahu, ternyata dia punya mimpi ingin meneruskan studinya sampai ke LN. seingatku dia menyebut Australia sebagai mimpinya, seperti hal nya ikal yang akhirnya melanjutkan studinya ke Perancis (dalam tetralogi Laskar Pelangi).
Selang bertahun-tahun kemudian, karya Andrea Hirata tak pernah ada matinya. Setelah Tetralogi Laskar Pelangi, muncul Dwilogi Padang Bulan dan Cinta dalam Gelas. Dan di tahun 2017, novel terbaru yang diterbitkannya berjudul Sirkus Pohon masih saja membiusku untuk selalu mencintai karya-karyanya. Memang aku sempat vakum tidak membaca karya-karya Andrea Hirata lagi. Aku mulai beralih ke novel-novel sejarah dan filsafat yang kalau boleh jujur agak berat aku merampungkannya. Namun ketika aku membaca karya-karya Andrea Hirata, aku begitu sangat menikmati dan sangat berantusias untuk terus membacanya.
Dan ternyata setelah aku berjumpa lagi dengan senior SMA ku itu melalui whatsapp, dia juga masih saja mengidolakan Laskar Pelangi dan tentunya Andrea Hirata. Dan aku yakin masih banyak penggemar-penggemar lain diluar sana yang mengidolakan sosok Andrea Hirata seperti kami. Meski mimpi seniorku ini untuk sekolah ke LN belum kesampaian, namun aku sangat salut dengan dia, semangat belajar dan jiwa mengabdinya begitu tinggi.
Teruslah berkarya Andrea Hirata, aku masih menunggu karya-karyamu selanjutnya. Terus, karyaku sendiri kapan dong?
NB. sebagai perasaan bersalahku pada Andrea Hirata karena telah berkontribusi membajak novel-novelnya, di tahun 2018 ini aku punya resolusi untuk membeli novel aslinya Tetralogi Laskar Pelangi.
Kalo kita tanyakan ke semua orang pasti sebagian besar tau apa itu Laskar Pelangi. Minimal mereka pernah mendengarnya. Ya..... nama Laskar Pelangi mulai melejit setelah adanya film layar lebar berjudul Laskar Pelangi yang diadopsi dari novel dengan judul yang sama. Novel Laskar Pelangi sendiri, mulai awal-awal muncul sudah dikenal banyak orang, terutama para penikmat Novel Indonesia. Dan akhirnya dikenallah seorang pengarang novel yang tiba-tiba juga terkenal yaitu Andrea Hirata, yang tak lain adalah si pengarang Laskar Pelangi itu sendiri. Bersamaan dengan munculnya film Laskar Pelangi, mulai melejit juga satu lagu dengan judul yang sama yang dinyanyikan oleh grup band ternama, Nidji.
Aku sendiri begitu terhipnotis juga dengan istilah Laskar Pelangi ini. Mungkin sekarang ini sudah tidak terlalu. Tapi dulu, sekitar tahun 2007 (kalau tidak salah, seingatku) aku begitu menyukai novel Laskar Pelangi. Aku menemukan novel Laskar Pelangi ini di salah satu deretan toko buku dekat kampusku di Depok. Tepatnya di dekat stasiun kereta api UI. Deretan toko buku itu memang menjual buku-buku mata kuliah yang hampir 80% berupa buku-buku bajakan, selain juga buku-buku bekas. Tidak hanya buku-buku pembelajaran kuliah saja yang dibajak, namun beberapa novel bajakan juga aku jumpai di toko buku tersebut.
Seperti biasa, setiap ada waktu luang, aku sering singgah ke deretan toko buku tersebut sekedar untuk melihat-lihat. Dan dari situlah aku menemukan novel bajakan Laskar Pelangi. Aku lupa saat itu berapa harganya. Namun yang jelas jauh dibawah harga standar novel aslinya. Buat aku yang pada saat itu masih berstatus mahasiswi luntang-lantung dengan beban skripsi yang tak kunjung usai, dengan kantong pas-pasan, dan pekerjaan freelance yang kadang ada kadang tidak, memutuskan untuk membeli buku bajakan adalah pilihan utamaku. Ada perasaan bersalah memang ketika aku memutuskan untuk membeli sesuatu yang dibajak, namun saat itu aku tidak punya pilihan lain. Rasa penasaranku akan isi bukulah yang mendorongku kuat untuk membeli novel Laskar Pelangi Bajakan.
Dan....setelah aku baca....ternyata....aku begitu menyukai alur ceritanya. Aku begitu terpukau dengan kalimat-kalimat yang dituangkan dalam novel tersebut. Aku langsung mengagumi sosok Andrea Hirata, sang pengarang. Setelah aku merampungkan novel itu, aku kembali lagi ke toko buku tersebut dan ternyata kisah Lakar Pelangi ini ber tetralogi. Ada Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov. Aku mulai menyisihkan uang bulananku dan satu persatu buku bajakan itu berhasil aku kumpulkan. Aku bangga sekali melihat tetralogi novel Laskar Pelangi itu berderet rapi di rak bukuku.
Suatu ketika (kalau tidak salah tahun 2008), aku bertemu lagi dengan seniorku SMA di sebuah akun sosial media yang sangat populer saat itu, Friendster. Setelah aku lihat profilnya, ternyata dia juga mencantumkan sebuah novel kesukaannya yaitu Laskar Pelangi. Aku langsung antusias untuk menyapanya. Dan ternyata benar, dia juga sangat mengagumi novel tersebut. Dari situ juga aku tahu, ternyata dia punya mimpi ingin meneruskan studinya sampai ke LN. seingatku dia menyebut Australia sebagai mimpinya, seperti hal nya ikal yang akhirnya melanjutkan studinya ke Perancis (dalam tetralogi Laskar Pelangi).
Selang bertahun-tahun kemudian, karya Andrea Hirata tak pernah ada matinya. Setelah Tetralogi Laskar Pelangi, muncul Dwilogi Padang Bulan dan Cinta dalam Gelas. Dan di tahun 2017, novel terbaru yang diterbitkannya berjudul Sirkus Pohon masih saja membiusku untuk selalu mencintai karya-karyanya. Memang aku sempat vakum tidak membaca karya-karya Andrea Hirata lagi. Aku mulai beralih ke novel-novel sejarah dan filsafat yang kalau boleh jujur agak berat aku merampungkannya. Namun ketika aku membaca karya-karya Andrea Hirata, aku begitu sangat menikmati dan sangat berantusias untuk terus membacanya.
Dan ternyata setelah aku berjumpa lagi dengan senior SMA ku itu melalui whatsapp, dia juga masih saja mengidolakan Laskar Pelangi dan tentunya Andrea Hirata. Dan aku yakin masih banyak penggemar-penggemar lain diluar sana yang mengidolakan sosok Andrea Hirata seperti kami. Meski mimpi seniorku ini untuk sekolah ke LN belum kesampaian, namun aku sangat salut dengan dia, semangat belajar dan jiwa mengabdinya begitu tinggi.
Teruslah berkarya Andrea Hirata, aku masih menunggu karya-karyamu selanjutnya. Terus, karyaku sendiri kapan dong?
NB. sebagai perasaan bersalahku pada Andrea Hirata karena telah berkontribusi membajak novel-novelnya, di tahun 2018 ini aku punya resolusi untuk membeli novel aslinya Tetralogi Laskar Pelangi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar