Sabtu, 03 Maret 2018

Peter Rabbit

Pas tanggal 1 Maret gajian, pas juga anak lanang nagih minta nonton bioskop. Aku dan anakku Archan sepertinya tanpa kita sadari memiliki kebiasaan nonton bioskop berdua. Berawal saat dulu sang suami berangkat S2 di Yogyakarta, aku yang saat itu masih berdua dengan Archan banyak menghabiskan waktu akhir pekan kami dengan ngemall dan nonton bioskop. Sabtu jam 11 siang, setelah jemput sekolah langsung on the way ke Mall dan biasanya langsung menuju bioskop. Kebayang dong kalau anak kecil diajak nonton? ya... ujung-ujungnya tidur siang didalam. Namun daripada keliling nggak jelas yang ujung-ujungnya beli ini beli itu, ya bagusan nonton aja, pikirku. Lumayan bisa membuang waktu berdua.

Nahhh.... kali ini niatan awal kami sebenarnya memilih Black Panther, namun karena jadwalnya yang kesorean, kami akhirnya disarankan sama mbak mbak penjual tiket untuk menonton Peter Rabbit. Aaaa.... langsung dengan spontan Archan mengiyakan. Well.... karena ini film animasi dan menurutku sangat cocok untuk anak-anak, aku langsung membeli tiket untuk kami berdua. Sambil menunggu, kami sempatkan diri untuk nongkrong dilobi dan menikmati minuman serta makanan kecil kami.

Itulah enaknya nonton tidak di hari libur atau Sabtu-Minggu. Selain harga tiket yang lebih murah, pengunjungnya pun tidak bejibun. Dan saran lagi, mending nontonnya jangan pas baru rilis tu film, dijamin kehabisan tempat duduk. Dan kali ini dalam satu ruangan, hanya ada 6 orang penonton termasuk kami. Spektakuler. Berasa milik pribadi aja ya bioskopnya? Untung bukan film horor yang ditonton. Dan.... sajian Peter Rabbit siap dihidangkan.

(Dok. Searching Google)

Peter (James Corden) adalah tokoh utama dalam film ini. Seekor kelinci yang lincah dan nakal, bersama beberapa saudaranya mencoba untuk merebut rumah dan ladang milik Mr. McGregor (Domnhnall Gleeson). Film yang disutradarai oleh Will Gluck sekaligus penulis naskah bersama kedua rekannya Rob Lieber dan Beatrix Potter ini mengambil latar sebuah hutan dan desa kecil nan indah dengan berbagai jenis binatang-binatangnya. Peter bersama saudara-saudaranya selalu berusaha mencuri hasil ladang milik Mr. McGregor, dan perseteruan diantara mereka pun menjadi cerita inti dalam film animasi ini.

(Dok. Searching Google)

Yang menjadi renyahnya film ini, adanya tokoh lain yaitu Bea (Rose Byrne), seorang wanita cantik penyayang binatang yang begitu menyayangi Peter dan saudara-saudaranya. Bea, seorang pelukis yang tinggal di sebuah rumah tak jauh dari rumah McGregor dan pohon tempat tinggalnya Peter bersaudara. McGregor harus berusaha berpura-pura menyayangi Peter bersaudara demi mendapatkan hati Bea. Diujung cerita, Bea akhirnya tahu bahwa McGregor hanya berpura-pura menyayangi binatang dan dia sangat marah. McGregor begitu menyesali perbuatannya, menyerah dan kembali ke kota. Peter yang juga akhirnya merasa bersalah karena telah memisahkan mereka berdua, mencoba untuk memperbaiki keadaan dengan pergi ke London mengejar McGregor, meminta maaf dan mengajaknya kembali lagi ke desa.

Satu hal yang menarik perhatianku dari film animasi ini adalah setting tempatnya. Semua terlihat  begitu rindang, hijau, tenang dan sejuk. Ingin rasanya memiliki tempat tinggal seperti itu. Rumah Bea, juga menjadi perhatianku. Lantai rumahnya yang terbuat dari batu alam dan tembok-temboknya juga terlihat alami. Dia memiliki satu ruang khusus untuk menyalurkan hobinya melukis. Ingin rasanya memiliki rumah seperti itu, dengan halaman rumah yang luas dengan satu ruang khusus untuk melakukan segala kegemaran atau hobi kita dengan suasana yang begitu tenang. Tentunya yang ramah lingkungan.

(Dok. Pribadi, 2018)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar